Aisyah binti Abu Bakar
Ialah istri termuda Rasulullah SAW. Aisyah RA merupakan ulama paling terkemuka dalam sejarah Islam, lantaran pengetahuannya yang luas tentang hukum syariat dan hadits, juga kepribadiannya yang kuat.
Diketahui Aisyah RA telah meriwayatkan 2210 hadits Nabi SAW, dengan menceritakan sunnah dan praktik sehari-hari beliau. Hadits yang diriwayatkan Aisyah RA ini menjadi sumber utama bimbingan bagi kaum muslim selain dari Al-Qur'an.
Khadijah binti Khuwailid
Yakni istri pertama Nabi SAW, yang menjadi sosok terkenal paling berpengaruh dan inspiratif. Ia merupakan orang pertama yang menerima Islam dan mengakui kenabian Muhammad SAW.
Khadijah RA lahir pada tahun 555 M di Arab Saudi. Sebelum menikah dengan Rasul SAW, ia adalah seorang pedagang wanita sukses dan tokoh yang dihormati di Makkah. Ia juga dikenal karena kecerdasan, ketajaman bisnis, dan komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap keadilan sosial.
Kemudian ia menyatakan ketertarikannya untuk menikahi Nabi SAW. Dan ia menjadi pendukung terkuat suaminya dan memainkan peran penting dalam perkembangan awal Islam.
Khadijah RA adalah ibu dari empat putri dan dua putra Rasul SAW, termasuk ibu dari Fatimah RA. Hingga akhir hayatnya di tahun 619 M, ia terus memercayai, menyemangati dan mendukungnya suaminya itu.
Rabi'ah Al-Adawiyyah
Dirinya dikenal sebagai salah satu sufi terpenting. Ia dianggap sebagai salah satu pendiri aliran sufi "Cinta Ilahi" yang menegaskan kecintaan akan Tuhan yang tanpa syarat, bukan karena takut hukuman di neraka atau keinginan untuk mendapat imbalan di surga.
PWMJATENG.COM – Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sejarah yang kaya akan keberagaman budaya dan agama. Salah satu elemen penting dalam sejarah Indonesia adalah keberadaan kerajaan-kerajaan Islam yang memainkan peran krusial dalam perkembangan politik, ekonomi, dan budaya di Nusantara. Raja-raja Islam di Indonesia tidak hanya berperan sebagai pemimpin politik, tetapi juga sebagai penyebar agama dan penjaga stabilitas sosial di wilayah kekuasaannya.
Islam mulai masuk ke Nusantara pada abad ke-7 melalui jalur perdagangan. Para pedagang dari Arab, Persia, dan India membawa ajaran Islam bersamaan dengan barang dagangan mereka. Seiring waktu, ajaran Islam mulai diterima oleh penduduk lokal, terutama di pesisir utara Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Proses Islamisasi ini kemudian didukung oleh berdirinya kerajaan-kerajaan Islam yang menjadi pusat penyebaran agama.
Menurut sejarawan Anthony Reid, “Islamisasi di Asia Tenggara adalah proses yang unik karena berlangsung melalui perdagangan, pernikahan, dan patronase politik, bukan melalui penaklukan militer.” Hal ini memungkinkan Islam untuk tumbuh dan berkembang dengan cara yang damai, serta berakulturasi dengan budaya lokal yang sudah ada.
Kerajaan Samudera Pasai di Aceh dianggap sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia, didirikan pada awal abad ke-13. Sultan Malik al-Saleh, raja pertama Samudera Pasai, memeluk Islam dan menjadikan kerajaan ini sebagai pusat penyebaran agama di wilayah Sumatera. Samudera Pasai menjadi penting tidak hanya karena peran politiknya, tetapi juga sebagai pusat perdagangan internasional yang menghubungkan Nusantara dengan Timur Tengah dan India.
Dalam konteks ini, Kerajaan Samudera Pasai memainkan peran penting dalam membangun jaringan perdagangan maritim yang luas dan mempromosikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Sejarawan Denys Lombard menyatakan bahwa “Samudera Pasai adalah contoh nyata dari bagaimana Islam mampu beradaptasi dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yang heterogen di Nusantara.”
Pada abad ke-15, Kesultanan Demak muncul sebagai kekuatan politik dan agama di Jawa. Didukung oleh Wali Songo, para ulama yang berperan dalam penyebaran Islam di Jawa, Kesultanan Demak menjadi kerajaan Islam pertama di pulau tersebut. Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak, memainkan peran penting dalam mengkonsolidasikan kekuatan politik Islam di Jawa, serta mendukung penyebaran ajaran Islam ke wilayah-wilayah sekitarnya.
Kesultanan Demak juga berperan dalam mengintegrasikan elemen-elemen budaya lokal dengan ajaran Islam, menciptakan tradisi Islam yang unik di Jawa. Dalam bukunya, “Islam in Java”, Clifford Geertz menyebutkan bahwa “Islam di Jawa berkembang dengan cara yang sinergis, di mana ajaran agama diadaptasi dengan tradisi dan budaya lokal, menciptakan bentuk Islam yang khas di Nusantara.”
Kesultanan Aceh Darussalam di Aceh, yang berdiri pada abad ke-16, adalah salah satu kerajaan Islam terbesar dan terkuat di Indonesia. Sultan Iskandar Muda, salah satu raja terbesar Kesultanan Aceh, memperluas wilayah kekuasaan dan memperkuat posisi Aceh sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Nusantara bagian barat. Aceh juga dikenal sebagai “Serambi Mekkah” karena peran sentralnya dalam menghubungkan Nusantara dengan dunia Islam, terutama dalam hal pendidikan agama dan ibadah haji.
Menurut Azyumardi Azra, seorang sejarawan dan cendekiawan Islam Indonesia, “Kesultanan Aceh adalah contoh bagaimana Islam dan politik dapat berintegrasi untuk membangun kekuatan regional yang berpengaruh. Aceh tidak hanya menjadi benteng pertahanan Islam di Nusantara, tetapi juga pusat intelektual Islam yang melahirkan banyak ulama dan cendekiawan.”
Di wilayah timur Indonesia, Kesultanan Ternate dan Tidore memainkan peran penting dalam penyebaran Islam dan pengendalian jalur perdagangan rempah-rempah. Kedua kesultanan ini bersaing, namun juga bekerja sama dalam mempertahankan kedaulatan mereka melawan penjajah Eropa. Sultan Baabullah dari Ternate dikenal sebagai salah satu pemimpin yang berhasil mengusir Portugis dari wilayah Maluku dan memperkuat posisi Islam di kawasan tersebut.
Sejarawan MC Ricklefs mencatat bahwa “Kesultanan Ternate dan Tidore tidak hanya memainkan peran dalam perdagangan, tetapi juga dalam menyebarkan Islam di wilayah timur Indonesia, membentuk jaringan diplomasi yang kuat dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Nusantara.”
Raja-raja Islam di Indonesia meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi bangsa ini. Mereka tidak hanya membentuk identitas politik dan agama Nusantara, tetapi juga berkontribusi dalam perkembangan budaya, ekonomi, dan sosial yang masih terasa hingga kini. Keberadaan kerajaan-kerajaan Islam ini menunjukkan bagaimana Islam di Indonesia berkembang dengan cara yang unik, berakulturasi dengan budaya lokal, dan menciptakan kekuatan politik yang signifikan di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, warisan raja-raja Islam ini terus menjadi bagian penting dari identitas dan sejarah Indonesia. Dengan memahami sejarah kerajaan-kerajaan Islam ini, kita dapat menghargai lebih dalam kontribusi mereka dalam membentuk bangsa Indonesia yang beragam, inklusif, dan penuh toleransi.
Masa lalu yang kaya akan kejayaan kerajaan-kerajaan Islam ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga harmoni antara agama dan negara, serta menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan kemajuan yang diwariskan oleh para pendahulu kita.
Editor : M Taufiq Ulinuha
Jumlah Pengunjung : 1,335
Bukti lain dari teori cina ini adalah banyaknya pendakwah yang berasal dari keturunan Cina yang mempunyai pengaruh besar pada masa kerajaan Demak. Seperti kita ketahui, kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Adapun buku sejarah yang ditulis oleh Nana Supriatna yang menyebutkan bahwa kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah yang merupakan putra dari Majapahit Islam ini.4. Teori Persia (iran)Teori yang menyatakan bahwa asal mula sejarah masuknya agama islam ke Indonesia dari Negara Persia (yang sekarang bernama Negara Iran) adalah teori yang didukung oleh Husen Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Djajadiningrat berpendapat jika teori Persia ini selaras dengan asal mula masuknya Islam ke Indonesia. hal ini dikarenakan menurut Djajadiningrat kebudayaan Islam di nusantara memiliki banyak kesamaan dengan kebudayaan Islam di Persia.
1. Melalui Jalur PerdaganganIslam diperkirakan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan sejak abad ke-7 hingga abad ke-11. Achmad Syafrizal dalam penelitiannya yang berjudul Sejarah Islam Nusantara dalam Jurnal Islamuna (2015) menyebutkan, sejak awal abad Masehi, kaum pedagang asing sudah mengunjungi beberapa pelabuhan di Nusantara, seperti Aceh, Barus, Palembang, Sunda Kelapa, dan Gresik.
2. Melalui Jalur Pernikahan Pernikahan menjadi salah satu cara penyebaran Islam di Nusantara. Jalur pernikahan ini ditempuh para ulama sekitar abad ke-11 hingga ke-13 M. Windriati dalam Buku Siswa Sejarah Indonesia SMA/MA menyebut, umumnya saudagar yang menikah adalah orang-orang kaya dan terpandang. Sehingga, para putra-putri raja yang akan dipersunting harus masuk Islam terlebih dahulu. Jalur ini memiliki andil besar dalam persebaran Islam di Nusantara.
3. Melalui Jalur Pendidikan Jalur pendidikan ini dibentuk oleh para da’i yang mengabdikan dirinya untuk menyebarkan Islam ke wilayah baru, salah satunya Nusantara. Para da’i penyebar agama Islam ini bukanlah pedagang, melainkan murni menjalankan misi untuk membawa ajaran Islam ke wilayah baru yang belum tersentuh Islam. Dalam praktiknya, mereka dipandu oleh para pedagang. Jalur pendidikan ini memegang peranan yang cukup penting. Sebab, melalui dakwah Islam yang semula dikenal di pantai-pantai sepanjang jalur perdagangan, akhirnya bisa berkembang luas hingga ke pulau-pulau Indonesia bagian timur.
4. Melalui Jalur kesenian Agama Islam masuk ke Indonesia tak luput dari peran akulturasi budaya yang dilakukan oleh para da’i. Hal ini terjadi sekitar abad ke-12 hingga ke-14 M. Cara ini salah satunya dilakukan melalui pertunjukan wayang yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Ada juga strategi penyebaran Islam melalui permainan musik yang dilakukan oleh Sunan Bonang.
5. Melalui Jalur Politik Penyebaran Islam di Nusantara juga dilakukan melalui pendekatan politik. Salah satunya adalah berdirinya Kesultanan Demak yang kental dengan peran Walisongo. Pemimpin pertama sekaligus pendiri Kesultanan Demak adalah Raden Patah yang merupakan putra dari Brawijaya V, raja terakhir Majapahit. Berdirinya Kesultanan Demak ini memudahkan penyebaran Islam di tanah Jawa. Ketika seorang raja telah memeluk Islam, maka rakyat pun akan berbondong-bondong mengikutinya.
6. Melalui Jalur TasawufDakwah Islam melalui ajaran tasawuf cukup mudah diterima oleh masyarakat karena ajaranya mementingkan pembinaan moral yang penuh dengan kelembutan, kepedulian kepada sesama makhluk serta sesuai dengan kebutuhan jasmani, terutama rohani sehingga menjadi solusi dari problem yang dihadapi manusia dewasa ini.
TOKOH TOKOH PENYEBARAN ISLAM
1.Sultan Malik Al Saleh (1267 - 1297 M)
Meurah Silu atau Sultan Malik al-Saleh merupakan pendiri dan raja pertama Samudra Pasai (berdiri pada tahun 1267 M). Meurah Silu memeluk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail dari Mekah.
2.Sultan Ahmad (1326 – 1348 M)
Beliau merupakan sultan Samudera Pasai yang ketiga, bergelar Sultan Malik al-Thahir II. Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Samudra Pasai dikunjungi oleh seorang penjelajah dari Maroko, yaitu Ibnu Batutah.
Setelah masuk Islam, Meurah Silu bergelar Sultan Malik al-Saleh, dan berkuasa selama 29 tahun. Kesultanan Samudra Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Peurlak dan Kerajaan Pase.
Menurut catatan Ibnu Batutah, Sultan Ahmad sangat memperhatikan perkembangan dan kemajuan agama Islam. Beliau berusaha keras untuk menyebarkan ajaran Islam ke berbagai wilayah di sekitar Samudra Pasai.
3. Sultan Alaudin Riayat Syah (1538 – 1571 M)Beliau merupakan sultan Aceh ketiga, terkenal sebagai peletak dasar-dasar kejayaan Kesultanan Aceh. Hubungan baik dengan Kesultanan Turki Utsmani dan kerajaan-kerajaan Islam lainnya menjadikan pemerintahannya semakin kuat. Bahkan militer Kesultanan Aceh terkenal handal karena mendapat bantuan dari Kesultanan Turki Utsmani. Sultan Alaudin Riayat Syah berperan dan berjasa dalam penyebaran Islam di wilayah Aceh. Beliau mendatangkan ulama-ulama dari Persia dan India untuk mengajarkan agama Islam di Kesultanan Aceh.
4. Wali Songo (1404 – 1546 M)Wali Songo merupakan sembilan wali atau sunan yang menjadi pelopor penyebaran Islam di Pulau Jawa.Mereka adalah:(1) Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)(2) Raden Rahmat (Sunan Ampel)(3) Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang)(4) Raden Paku (Sunan Giri)(5) Syarifuddin / raden Qosim (Sunan Drajat)(6) Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga)(7) Ja’far Shadiq (Sunan Kudus)(8) Raden Umar Said (Sunan Muria)(9) Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
5. Sultan AlauddinSultan Alauddin, nama aslinya adalah I Manga’rangi Daeng Manrabbia, dinobatkan sebagai raja Gowa pada usia tujuh tahun. Beliau termasuk tokoh yang berjasa besar pada penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Beliau merupakan raja Gowa pertama yang masuk Islam bersama raja Tallo. Oleh karenanya, rakyat Gowa-Tallo secara bertahap memeluk agama Islam. Penyebaran agama Islam pada masa pemerintahan Sultan Alauddin mencapai daerah Buton dan Dompu (Sumbawa). Termasuk berhasil mengislamkan kerajaan Soppeng, Wajo, dan Bone.Penyebaran agama Islam di Gowa juga atas perjuangan dakwah dari Datuk Ri Bandang (Abdul Makmur Khatib Tunggal), seorang ulama dari Minangkabau.
6. Datuk Tunggang ParanganDatuk Tunggang Parangan atau Habib Hasyim bin Musyayakh bin Abdullah bin Yahya merupakan seorang ulama Minangkabau yang berdakwah di Kutai Kartanegara. Beliau berdakwah bersama sahabatnya, Datuk Ri Bandang pada masa pemerintahan Raja Aji Mahkota (1525 – 1589).Berkat dakwah Datuk Tunggang Parangan, akhirnya Raja Aji Mahkota memeluk Islam dan diikuti oleh keluarga kerajaan serta rakyat Kutai Kartanegara.Kerajaan Kutai Kartanegara berubah nama menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara.Agama Islam berkembang pesat pada masa ini, bahkan undangundang negara berlandaskan pada ajaran Islam.Datuk Tunggang Parangan berdakwah di Kutai hingga akhir hayatnya. Setelah wafat, beliau dimakamkan di Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
7. Sultan Zainal AbidinBeliau memerintah Kesultanan Ternate pada kurun waktu 1486-1500 M. Sejak usia belia, beliau mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya, dan dari seorang ulama bernama Datuk Maulana Hussein.Setelah dinobatkan menjadidiikuti raja, beliau menjadikan Islam sebagai landasan resmi bernegara, hingga kerajaan Ternate berubah nama menjadi Kesultanan Ternate.Sultan Zainal Abidin berangkat ke Pulau Jawa pada tahun 1494 M untuk memperdalam ilmu agama di Pesantren Sunan Giri, Jawa Timur. Sekembalinya dari Jawa, beliau mengajak ulama-ulama terkemuka , di antaranya Tuhubahanul untuk membantu dakwah di seluruh Maluku.
%PDF-1.6 %âãÏÓ 267 0 obj <> endobj 284 0 obj <>/Filter/FlateDecode/ID[]/Index[267 26]/Info 266 0 R/Length 96/Prev 1089670/Root 268 0 R/Size 293/Type/XRef/W[1 3 1]>>stream hŞbbd```b``Y"œ@$S#ˆdN ³…Áä°Hˆdt‘! RIH2z~‹÷�U¾‰<±¹j@d…'�ügÀÀÄÈÀ8l#ò?ë_ *´/ endstream endobj startxref 0 %%EOF 292 0 obj <>stream hŞb```"+Öbaf`e`Šs\dZê ,ÂiÀÀĞt.�óËú…BËbJ˜/°V Ÿy’r`á³± ö[Œ«ÎˆîøhÎ ›Xş…9�Aøã Iœ V+9ön\“òÓôj_Ü÷M `ó9\ø%Š7´lœz)!\Z¢´£tip€ÀÁ’ ¶›}—·ÉH‹sª±ˆ¹%¹µ]ñ‚ÓFÕ_€ì�5�…1¾g7¸L J”�pıÁÈuPHô`{îóø&O�>ÉE¬ kbÜlÍÚrJ;\¤™Kfˆ;¹ä„ìõÆ�“™/g¤WpÚXÒ² \ľ•Îv Å“ù^NãD�5n¬iÇ#Ú7h±Äª ؤ·çM]îÓ6‘E[(Æëh!ĞØ"ÙUGr*j8|oóİÖ>)²£S"yY�ÓFEmÑSm9�w+€^S½ t€ì&A ®µ`7¯hwä:²Úáãì-�ŞBk'ƶç-’eïh`(ï ‚®á –’z˜fP. 0ª”ƒùL Š��¥¢ŒLƒ…˜Â!:Õ`rî` Fq°™L #�&¸ƒ)%“ô ¨N!˜]b0Ó€‚¦ûÂ!†¸B¸¬`gB$;ÈL@"‘�¯l�æb]p’dd˜Ápø€…ƒøAæ3+ìî, `ğw0vûiyûѶkŒæ¥şnLL�k3*#˜Šv7²Ş§¤p�³‚å#Û\î. �ÓÙâ|â^?Ø™'(ÈÏ€'ïF�ùç@Ɉw Z£ ± endstream endobj 268 0 obj <> endobj 269 0 obj <>/Font<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageC]/XObject<>>>/Rotate 0/TrimBox[0 0 595.276 841.89]/Type/Page>> endobj 270 0 obj <>stream h޼•[OÛ0€ÿŠ7!äûMBH-£�¢ˆ¯ÍÚˆ4é#Á¿ß±�–”ÑÂö0Y®cŸãsË—Sf$"ˆ…,ƒE#jÂj�`V‹Œ1LJ9,ETiƒööpïx„~º¢ÉpˆO«zî |ĞCŸ�·çgçCØ�zÈ×� ]ó Še†/Ÿ>|òG#ï|†ÇÔªEºµ¿ÿ�íhìoMµd¹g¥G”p…Üâk–Og)Kñ—,‰v9¥xP¸iƒ¸Àƒªôı~õt·K¹Š2¨„ÑÀ}”Ü�?õ«êõJŸÿztŸ“ /2(™¾ˆ'§n�áÛ›ÛáÕíNĞoÕ£läëÌ�gËlÃÑu N‚�½+òq¯œ"xä³ù2"eTCğu¾ğU�oÚœ„Ò1ã¾k² ò–ãÃr\MòrŠ¯ó²W6ùj?ÈëÆÌ\�8{å R2:q å�øÌ%:FuY}/s°–AhÔ_Ş&~ÖÜ1 hL¤zõÌ<��œsW‚$ùØLÚdͪ¢ôe¯xğÀCš©VfxøUDDÉ$œó�¥ôšÕèM�p_h#•R…¸á+a\Ä]x6$ğYI¡RvVÆÏ‹ïdJ‚ЧªµğÖ „�û.ÃÖØ.ÂZ¼ Ì„X"Ì:Kn£QnàşÁÃç:wt^Wëüªu~O¾/v’6(ïö«bòÂzÂT²í»ÎğÛÎÿcû ca¶cÌ7`L JÊt^#q*âŒ{/�±´hRÊÍ fB„N¢¤Š˜J€HY &€Ã4R ˜‚”4tHªèÛ r º·¦¤iµ€œ |…I· ±c"ğGı ufàü#Hˆ
Ứng dụng Android này là Lịch sử Hồi giáo đã mất - Firas Alkhateeb. Ở định dạng PDF.Truy tìm lại vinh quang của người Hồi giáo trong quá khứTrong 1.400 năm, Hồi giáo là một trong những lực lượng tôn giáo, xã hội và chính trị hùng mạnh nhất trong lịch sử. Kể từ khi tôn giáo này ra đời ở bán đảo Ả Rập, Hồi giáo không chỉ trở thành tôn giáo, tín ngưỡng mà đã phát triển rộng rãi thành lối sống, trật tự xã hội, cội nguồn của việc tìm kiếm tri thức, mở rộng lãnh thổ, biến đổi thế giới. hình thức của các hệ thống chính phủ.Firas Alkhateeb, nhà nghiên cứu và nhà sử học tại Universal School, Bridgeview, Illinois, ghi lại theo trình tự thời gian vai trò của Hồi giáo trong lịch sử thế giới đã thành công trong việc đoàn kết nhiều người với các nguồn gốc địa lý và văn hóa khác nhau. Bắt đầu từ thời kỳ Ả Rập tiền Hồi giáo, sự xuất hiện của Muhammad, sự cai trị của Rashidun Khulafaur, Vương triều Umayyad, Vương triều Abbasid, Vương triều Ottoman, Đế chế Hồi giáo ở Tây Ban Nha, các vương quốc thảo nguyên ở Tây Phi, Đế chế Mughal, đến thực dân châu Âu ở các khu vực Hồi giáo và sự phát triển của các quốc gia Hồi giáo khác.quốc gia hiện đại trong thế giới Hồi giáo.Cuốn sách này cũng được trang bị chân dung của các nhân vật quan trọng, những khám phá và những câu chuyện vàng lịch sử không được nhiều người biết đến. Bao gồm những câu chuyện kể về những đóng góp của các nhà tư tưởng, nhà khoa học, nhà thần học và chính khách Hồi giáo đã bị xóa khỏi bản đồ lịch sử thế giới. Một bài diễn văn sẽ cứu chúng ta khỏi lãng quên và phớt lờ những dấu vết của vinh quang Hồi giáo, cũng như đưa ra một câu chuyện mới về lịch sử đã mất.Hy vọng rằng ứng dụng này có thể hữu ích và trở thành một người bạn trung thành trong quá trình học tập bất cứ lúc nào mà không cần phải trực tuyến.Vui lòng cung cấp đánh giá 5 sao để khuyến khích chúng tôi tạo và phát triển các ứng dụng hữu ích khác.Cảm ơn.Chúc bạn đọc vui vẻ.Tuyên bố miễn trừ trách nhiệm:Tất cả nội dung trong ứng dụng này không phải là nhãn hiệu của chúng tôi. Chúng tôi chỉ lấy nội dung từ các công cụ tìm kiếm và trang web. Bản quyền của tất cả nội dung trong ứng dụng này thuộc sở hữu hoàn toàn của người sáng tạo có liên quan. Chúng tôi mong muốn chia sẻ kiến thức và giúp người đọc học tập dễ dàng hơn với ứng dụng này, vì vậy không có tính năng tải xuống trong ứng dụng này. Nếu bạn là người giữ bản quyền của các tệp nội dung có trong ứng dụng này và không thích nội dung của bạn được hiển thị, vui lòng liên hệ với chúng tôi qua nhà phát triển email và cho chúng tôi biết về tình trạng sở hữu của bạn đối với nội dung.
Lần cập nhật gần đây nhất
Wanita Muslim Paling Berpengaruh dalam Sejarah Islam
Melansir laman Muhammadiyah dan AlQuranClasses, ada sejumlah nama perempuan dalam sejarah yang punya kontribusi dan dampak bagi dakwah Islam. Berikut di antaranya:
Fatimah binti Muhammad SAW
Merupakan putri Rasul SAW dari istrinya Khadijah RA. Ia menjadi panutan bagi wanita muslim dan terkenal karena kesholehan, keberanian, dan dedikasi kepada keluarganya. Ia diajarkan langsung oleh Nabi SAW mengenai ajaran dan syariat Islam.
Ia memiliki hubungan cinta yang solid dan dekat dengan ayahnya. Hingga Rasulullah SAW pernah bersabda tentangnya, "Siapapun yang melukai Fatimah, dia melukaiku; dan siapa pun yang melukai saya, melukai Allah; dan siapa pun yang melukai Allah melakukan kekafiran."
Fatimah RA menikah dengan salah satu sahabat dari ayahnya dan juga kerabatnya, yakni Ali bin Abi Thalib. Ia kemudian menjadi seorang istri dan ibu, dengan keturunannya yang sangat dihormati di dunia Islam.
Nusaiba binti Ka'ab Al-Anshariyyah
Dikenal sebagai Umm 'Ammara, ia turut menjadi orang yang paling awal memeluk agama Islam. Ia merupakah salah satu sahabat Nabi SAW yang diketahui begitu setia kepada beliau.
Nusaiba RA diingat sebagai perempuan tangguh. Ia ikut terjun dalam perang Uhud dengan membawa pedang dan perisai untuk melawan orang kafir. Selama pertempuran ia mendapati beberapa luka hingga pingsan. Kemudian setelah bangun dan sadar, yang pertama kali ditanyakan olehnya adalah kondisi dari Rasulullah SAW.
Ummul Darda Hujaima binti Uyyay Al-Sughra
Ia merupakan cendekiawan perempuan muslim yang terkenal di generasi kedua setelah masa Nabi SAW. Ummul Darda adalah seorang perawi hadits, guru, serta ahli hukum. Ia mempelajari dan menurunkan hadits dari Aisyah RA, Salman Al-Farisi, Abu Hurairah dan sahabat lainnya.
Ummul Darda juga seorang penghafal Al-Qur'an di usianya yang belia. Ia kemudian pindah ke Damaskus, dan mengajar ratusan murid muslim. Banyak dari siswa-siswi didikannya yang berhasil menjadi ulama terkemuka dan dihormati dalam dunia Islam.
Kalau Nonton Film-film kolosal Holywood yang bersetingg masa lalu, sering kali kita menyaksikan kehadiran Dewa-Dewi sebagai sosok yang di agungkan dan diberi gelar sempurna di hadapan para pengikutnya dan rakyatnya, sebut saja Film, Thor, Herkules, Zina, Wonder Woman, dan sebagainya. Segala kekuatan dan kekuasaan sang dewa dewi ditunjukkan bagaikan sang dewa ini setara dengan Tuhan yang jadi sesembahan manusia di masa lalu. Zeus ditampilkan sebagai raja yang berkuasa dan memiiki anak dan istri sebagaimana manusia pada umumnya, tetapi mereka menempati singgasana di awan sana dan mengendalikan perputaran bumi dan langit. Walau dalam kisah disebutkan perannya sebagai dewa, tetapi kekuasaannya melebihi kemampuan manusia super atau setara dengan Tuhan.
Tak hanya laki-laki, dikenal sejumlah nama perempuan yang turut berperan dan berpengaruh dalam sejarah Islam. Siapa saja?
Sebelumnya, mari kita bahas kedudukan wanita di mata Islam.
Banyak rumor beredar bahwa Islam merendahkan dan tak memikirkan hak-hak kaum wanita. Tentu saja hal itu keliru, karena Islam begitu memuliakan perempuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menukil arsip detikHikmah, Syekh Muhammad Mutawali asy-Sya'rawi dalam bukunya Fiqhu al-Mar'ah berpandangan, wanita justru punya keadaan yang kelam nan menyedihkan sebelum datangnya Islam.
Di mana dahulu, hak kekuasaan para perempuan sebelum menikah hanya dimiliki oleh ayah dan saudara laki-lakinya. Setelah menikah, hak tersebut berpindah menjadi milik suaminya. Sehingga bisa dikatakan bahwa wanita tak punya peran sama sekali, bahkan tak mendapat kemerdekaan bagi dirinya.
Kemudian hadirlah Islam yang dibawa oleh Nabi SAW. Posisi wanita terangkat oleh agama ini, hingga kedudukannya begitu ditinggikan. Seperti turunnya Surat An-Nisa yang artinya 'perempuan', hingga seluruh ayatnya pun membicarakan hal yang berhubungan dengan wanita. Dan Ini menjadi bukti Islam memuliakan para perempuan.
Dalam hadits pula, Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda, "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada perempuan." (HR Hakim, kitab Al-Jami'us Shaghir, hadits nomor 4101)
Juga banyak dalil dan riwayat lain yang berbicara tentang perempuan beserta keistimewaannya. Muhammad Ibrahim Salim melalui bukunya Nisaa Haular-Rasul SAW berpendapat, "Sesungguhnya Islam telah memuliakan wanita, baik sebagai ibu, gadis, istri, saudari maupun sebagai seorang anak."
Tingginya kedudukan perempuan dalam Islam juga terbukti sebagai sosok yang membantu syiar agama Islam pada masa awalnya. Di mana terdapat sejumlah nama wanita muslim yang berperan aktif dan turut berjuang dalam berdakwah menyebarkan ajaran Allah SWT ini.
Asma binti Abu Bakar
Asma RA adalah putri dari sahabat Abu Bakar dan kakak dari Aisyah RA. Ia termasuk jajaran orang yang pertama kali masuk Islam di Makkah. Ia dikenal sebagai salah satu sahabat terpelajar serta punya integritas, ketabahan dan keberanian yang besar.
Ia menikah dengan Zubair bin Awwam RA, dan dari keduanya lahirlah keturunan yang menjadi tokoh politik dan intelektual terkemuka selama abad pertama Islam. Seperti putranya yaitu Urwah bin Zubair, yang menjadi salah satu ulama terbaik di bidang hadits.